Ceritaku Salah Jurusan..!
KALAU
dipikir-pikir, aku adalah seorang yang beruntung. Dengan usahaku selama kelas
XI hingga kelas XII semester pertama dengan keras, nilai raporku cukup
memungkinkan untuk daftar SNMPTN Jalur Undangan. Aku yakin aku bisa masuk
PTN dengan nilai yang melebihi rata-rata temanku. Ya, dengan bekal rata-rata
semester tiga 8,6 kemudian semester empat 8,6 serta semester lima 8,9, aku
memberanikan diri untuk ambil jurusan Ekonomi Pembangunan di salah satu
universitas terkemuka di kota Surabaya. Dan akhirnya pun aku diterima pada
pilihan pertama.
Sebenarnya aku tidak suka pelajaran hitung-hitungan karena basicku adalah ilmu-ilmu sosial. Ya, begitulah nama jurusan IPS di sekolahku. Aku lebih suka pelajaran menghafal seperti sosiologi dan sejarah. Tapi entah mengapa pada saat daftar SNMPTN Undangan aku pun langsung saja mengklik jurusan Ekonomi Pembangunan pada pilihan pertama dan Sosiologi pada pilihan kedua.
Tak lain dan tak bukan karena aku terlalu larut dalam euforia pesta SNMPTN. Aku merasa nilaiku baik dan mampu untuk diterima di jurusan dengan passing grade tinggi tanpa berpikir kemampuanku sebenarnya, yaitu pelajaran menghafal. Padahal pilihan keduaku memang fak-ku. Hal yang kedua yang membuatku salah pilih adalah aku terlalu gengsi dengan teman-temanku yang kebanyakan memang ambil Fakultas Ekonomi. Dan aku pun larut dan terbawa dengan mereka.
Orangtuaku awalnya juga tidak setuju dengan pilihanku tersebut, namun saat itu pilihanku sudah aku lock, sehingga segala bentuk perubahan sudah tidak bisa dilakukan. Apa boleh buat, aku menjalani hari-hari sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan. Sebenarnya sempat juga ditawari oleh orangtua untuk ikut SNMPTN Tulis, mungkin karena aku sudah terlarut dalam kesenangan karena bisa masuk PTN terkemuka itu yang menyebabkan aku lupa.
Ya, orang lain memang bisa kita tipu, namun hati tidak bisa, rasa juga tidak bisa kita tipu. Satu semester aku jalani ternyata aku tidak mendapatkan ilmu apa-apa. Aku tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, aku tidak bisa mengerjakan ujian. Mungkin ini memang hukumku untuk tidak bisa dalam pelajaran hitung-hitungan. IP-ku untuk semester pertama pun sangat buruk. Orangtuaku akhirnya mengetahui masalah ini. Dan pada akhirnya aku tak mau larut dalam keadaan ini. Lari dari kenyataan merupakan jalan yang aku tempuh. Ya, sekarang aku tengah mempersiapkan SBMPTN.
Aku berpesan pada adik-adik yang akan mengikuti SNMPTN, jangan sekali-kali hanya ikut-ikutan teman dalam memilih jurusan. Kenali jurusan yang akan dipilih dengan membuka website kampus idaman. Di situ pasti ada gambaran tentang jurusan yang kita minati. Jangan terlalu larut dengan euforia pesta SNMPTN dengan memilih jurusan dengan passing grade tinggi namun kemampuan terbatas. Singkat kata, harus mawas diri, mengerti kemampuan sendiri, dan jangan terpengaruh oleh teman. Pilihlah jurusan sesuai hati nurani dan kemampuan. Ok, semoga sedikit cerita pengalamanku ini menjadi pelajaran bagi pembaca, semoga bermanfaat.