Siswa SMA/sederajat se-Nusantara harus mengikuti seleksi nasional jika ingin menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri (PTN). Pintu masuk utama ke PTN adalah melalui yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN).
Jalur undangan ini mengambil porsi kuota cukup besar, sedikitnya 50 persen. Sedangkan sisanya, diisi oleh peserta ujian tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan seleksi lokal PTN lainnya.
Pemilik Bimbel Lavender Galih Pandekar menilai, pelaksanaan SNMPTN dan SBMPTN setiap tahun semakin baik. Namun demikian, Galih berharap agar kuota bagi siswa jalur SNMPTN tidak terlampau besar.
"Kasihan. Banyak anak-anak unggulan malah lari ke luar negeri. Karena kalau undangan itu kan berdasarkan nilai rapor, sedangkan nilai sembilan di rapor di Jakarta kan berbeda dengan nilai sembilan di daerah. Ujian tulis itu fair fight, adil. Kalau rapor 'kan ada intervensi lain, dari guru di sekolah, misalnya," kata Galih, belum lama ini.
Lembaga bimbingan belajar (bimbel), menurut Galih, memiliki komitmen yang sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak orang pintar justru tidak ingin masuk ke dalam sistem sekolah akibat ketimpangan yang masih banyak terjadi.
Menurutnya, investasi pendidikan adalah jangka panjang. Bukan kita membayar hari ini dan bisa melihat hasilnya besok pagi. Dan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah investasi lebih dulu. Sementara Indonesia salah prioritas.
"Sebenarnya Indonesia bisa banget mencapai investasi pendidikan. Tetapi alokasi anggaran pendidikan semestinya untuk upgrading pengajar, bukan sekedar pemenuhan fasilitas seperti AC. Kalau gaji guru baik, kualitas baik, maka berjalan linear dengan pendidikan yang baik pula," katanya.
Pendidikan tinggi berkualitas sejatinya bentuk investasi pendidikan juga. Karena itulah, selain mendaftar melalui SNMPTN, banyak siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian tulis, SBMPTN. Tidak hanya di sekolah, mereka pun belajar intensif di berbagai lembaga bimbel.
Galih menyebut, bimbel Lavender mempunyai program unggulan yang menarik. Lavender Quarantine Program (Supercamp) merupakan program karantina yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa kelas XII ataupun alumni yang sedang berjuang masuk Universitas Indonesia (UI) atau PTN terbaik di Indonesia.
Program ini berlangsung selama dua bulan (60 hari) di Hotel Wisma Makara UI. Peserta diajar oleh dosen, alumni dan mahasiswa UI.
"Tentu berbeda, kalau di tempat lain kan hanya belajar, di sini ada aura lain, suasana lain. Belajar enggak selalu di kelas, tetapi juga bisa di tempat yang lebih rileks, misalnya dengan outbond. Para siswa dikarantina karena kami ingin meminimilasi error. Dengan siswa menginap maka akan lebih fokus," ujar Galih.
Siswa bimbel Lavender yakni Raania Amaani dari SMA Nurul Fikri Boarding School Serang dan Achmad Ghazali dari SMA Pribadi mengaku senang mengikuti pelajaran di Bimbel Lavender. Mereka optimistis mampu meraih cita-cita masuk PTN dengan target Fakultas Kedokteran UI.
"Gokil semuanya, pengajarnya, semuanya, lawakannya, belajarnya enggak bikin bete. Kami tahunya dari internet, target kami FKUI. Guru-guru di sini kompeten, latihan soal dan buku yang diberikan banyak banget, walaupun kangen keluarga tetapi tetep asyik," ungkapnya.